Lebih jauh Saiful menyatakan walaupun Jokowi tidak pernah menyatakan secara langsung pilihan politiknya. Namun dia merestui anaknya menjadi calon wakil presiden Prabowo yang merupakan lawan dari calon presiden yang diusung oleh PDI Perjuangan.
“Kalau mau bicara positif, itu unik. Kalau mau pakai istilah yang lebih kritis, hal itu menyimpang dari pakem-pakem perilaku politik elit,” jelasnya.
Di Indonesia, lanjut Saiful, pindah politik itu biasa, namun tidak dalam kasus seperti yang terjadi pada Jokowi, di mana pelakunya sedang berada di puncak kekuasaan seorang presiden. Saiful menyatakan sejauh ini belum ada jawaban yang meyakinkan kenapa hal tersebut terjadi.
Hal yang sama terjadi pada kasus Gibran Rakabuming Raka. Gibran menjadi Walikota Solo melalui dukungan PDI Perjuangan melalui proses yang istimewa. Saiful menceritakan bahwa sebelumnya Gibran maju, PDI Perjuangan Solo sudah memiliki nama lain untuk menjadi calon Walikota. Namun Jokowi datang meminta agar PDI Perjuangan memajukan Gibran. Melalui hak prerogatif Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, Gibran akhirnya diputuskan menjadi calon walikota. Ini, menurut Saiful, menunjukkan PDI Perjuangan memberi keistimewaan pada Gibran. Namun kemudian Gibran maju sebagai calon wakil presiden Prabowo dan tidak membantu calon presiden yang ditetapkan partainya sendiri.(**)
Discussion about this post