Kedua temanku lalu tertawa senang.
“Ah, baguslah, kau mengambil keputusan yang tepat. Aku tak bisa membayangkan kalau kau yang tampan ini mau menerima cinta dari seseorang yang jelek sepertinya,” tanggap seorang temanku, lantas menepuk-nepuk punggungku.
Aku lalu tersenyum palsu, kemudian meminta dengan penuh kesungguhan, “Tetapi aku mohon, jangan ceritakan soal tadi kepada siapa pun. Aku tak ingin ia jadi malu di tengah orang-orang.”
Kedua temanku mengangguk dan menyanggupi.
Hari demi hari setelah peristiwa itu, aku pun terus memendam rasa bersalah kepadanya. Aku merasa telah melukai hatinya ketika ia malah ingin membahagiakanku dengan cintanya. Aku sadar telah bersikap bodoh dengan memperturut egoku demi menjaga harga diriku di mata orang-orang, hingga aku tega mengorbankan perasaanku sendiri.
Discussion about this post