Bisik-bisik dan pandangan sinis dua orang temanku makin mengusik, hingga aku makin kelimpungan untuk menentukan sikap.
“Aku mohon, terimalah perasaanku,” pintanya, penuh penekanan. “Kau tahu, sudah sedari dahulu aku jatuh hati kepadamu.”
Dengan perasaan tak tega, aku lantas menggeleng-geleng, kemudian bertutur, “Maaf. Aku tak bisa membalas perasaanmu.”
“Kenapa? Apa aku kurang baik? Apa aku tidak menarik?” sergahnya, dengan mata yang berkaca-kaca.
Dua orang temanku lantas terkekeh.
Merasa tak tahan lagi berada di dalam situasi yang dilematis, aku lalu menguatkan diri untuk berucap dengan membohongi kata hatiku sendiri, “Ya. Kau sama sekali tidak menarik di mataku. Kau hitam, gendut, jelek.”
Dan akhirnya, ia menangis, kemudian berbalik dan pergi dengan langkah cepat.
Seketika pula, aku dirundung sesal.
Discussion about this post