Seketika, aku terkesima melihat penampakan gigi gingsulnya, juga lesung pipinya yang manis. “Ya, ada apa?” tanyaku, berusaha bersikap biasa layaknya seorang teman menanggapi seorang temannya, meski sejujurnya aku cukup deg-degan.
Ia lantas menunduk dan memainkan jari-jarinya. “Aku mau bilang kalau…,” Ia lalu menelan ludah di tenggorokannya. Terlihat ragu-ragu untuk berterus terang.
“Kenapa? Katakanlah,” pintaku, penasaran.
Ia kemudian melirikku dengan sikap segan. “Aku menyukaimu.”
Seketika, aku mendengar gelakan tawa dari dua orang temanku. Karena itu, aku jadi kelimpungan untuk meresponsnya.
“Aku mencintaimu, dan aku ingin menjadi kekasihmu,” terangnya, dengan ekspresi jengah.
Akhirnya, aku berdiri dan membalasnya dengan tenang, “Kau tidak seharusnya mengatakan itu.”
“Kenapa? Apa kau tak punya perasaan kepadaku?” tanyanya, tampak cemas.
Discussion about this post