Menurut pendapat Widagdo (2019) dalam kumpulan cerpen “Dua Dunia” ini bercerita tentang keberanian pada perempuan. Perempuan harus hidup dan mengambil keputusan atas dirinya sendiri. Perempuan masa kini harus bisa hidup tanpa bergantung dengan keluarga atau lelaki. Dalam cerpen tersebut, Nh. Dini menggambarkan para tokoh perempuannya sebagai orang yang merasa kehilangan sumber kehidupannya setelah ditinggalkan oleh keluarga atau pasangan mereka.
Dalam cerpen “Pendurhaka” saya menemukan sebuah adat yang sering digunakan oleh masyarakat zaman dahulu, yaitu perjodohan. Dalam cerpen ini diceritakan bagaimana sikap egois ibunya, yang ingin anak-anak perempuannya menikah dengan pria pilihannya. Sebagian dari anaknya ini memilih untuk memperjuangkan hak mereka sendiri. Yati ingin menginsafkan ibunya untuk tidak berpegang teguh kepada adat budaya yang pernah dilakukan neneknya terhadap ibunya itu. Menurut Yati, pemikiran ibunya ini sangat kuno dan ketinggalan zaman. Hal tersebut dapat dibuktikan pada beberapa kutipan sebagai berikut.
“Ibu tak boleh menyamakan zaman Ibu dulu dengan zaman sekarang, Bu,”
“Anak perempuan tak boleh memilih sendiri.”
“Itu dulu, Bu. Kini tak lagi begitu.”
“Memang anak sekarang pandai mengajari orang tua,”
(Dini, 2014: 51)
Dalam cerita ini menggambarkan keegoisan seorang ibu yang tidak memedulikan kebebasan anaknya dalam memilih apa yang mereka inginkan. Orang tua terlalu banyak melarang keinginan anaknya. Namun saat seorang anak menyuarakan pendapatnya, seringkali mereka membantahnya dan menganggap bahwa anak tersebut sebagai anak yang pembangkang atau durhaka. Padahal kebebasan hak memilih pada anak juga harus diperhatikan. Hal ini masih sering terjadi di lingkungan masyarakat. Kita juga harus bisa menyesuaikan keadaan dengan cara mengikuti zaman agar bisa terhindar dari masalah seperti yang ada pada cerita tersebut. Para orang tua dan calon orang tua sudah seharusnya paham cara untuk mendidik anak-anaknya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara parenting.
Menurut Purbowati (2023) Parenting artinya bagaimana orang tua merawat, mendidik, dan membimbing anak-anak sehingga mereka tumbuh dan berkembang menjadi individu yang sehat dan mandiri. Masih banyak pula orang tua yang masih belum bisa mendidik anaknya dengan baik. Padahal parenting itu penting sekali untuk perkembangan anak.
Cerpen Pendurhaka ini merupakan puncak pemberontakan Nh. Dini terhadap nilai-nilai yang merendahkan perempuan (Widagdo, 2019). Begitu pula pada cerpen Dua Dunia, cerpen ini lebih banyak mengangkat isu-isu tentang hak asasi perempuan. Terdapat juga unsur budaya timur dalam cerpen ini. Disebutkan bahwa dalam islam jika seorang suami-istri yang sudah bercerai, hak asuh anak jatuh kepada suami atau ayahnya. Nh. Dini menggambarkan tokoh perempuan dalam cerpen tersebut agar bisa menggapai hak dan keinginannya agar tidak direndahkan oleh orang lain khususnya para lelaki. Ia menokohkan Iswanti sebagai perempuan yang berani dan pantang menyerah dalam memperebutkan hak asuh anaknya dari mantan suaminya yang bermasalah itu. Tokoh Iswanti ini ingin membuktikan bahwa seorang ibu dengan status janda ini bisa menghidupi kebutuhan anaknya dengan tangannya sendiri.
Cerpen ini memotivasi perempuan dalam menerjang kesusahan hidup, apalagi jika sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Perempuan hebat adalah perempuan yang bisa melakukan segala hal dengan dirinya sendiri. Dan perempuan yang tangguh adalah perempuan yang bisa menyuarakan pendapatnya pada masyarakat. Yang rela memperjuangkan kebebasan dan kesetaraan. Maka dari itu, jika ingin menjadi perempuan yang tangguh, kita harus bisa berpegang teguh pada kebenaran dan memiliki keberanian untuk menyuarakan pendapat agar para perempuan di dunia tidak lagi dianggap lebih rendah dari laki-laki.*
*) Gamaliyah Puspa Elora, Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Padjadjaran
Daftar Pustaka
Dini, Nh. (2014). Dua Dunia: Kumpulan Cerita Pendek. Bandung: Pustaka Jaya.
Discussion about this post