Peribahasa Sunda “bentik curuk balas nunjuk”, mengandung makna, pertama, sebagai kritik terhadap gaya kepemimpinan yang otoriter. Dalam arti, bisanya hanya memberikan perintah, akan tetapi tidak mau terlibat langsung dalam pekerjaan.
Atau dapat dikatakan menggambarkan seorang pemimpin yang lebih mengutamakan memerintah terhadap yang diperintahnya (atau bawahannya), akan tetapi pemimpin itu menghindar atau tidak mampu untuk mengerjakannya. Pendek kata, antara kata dan perbuatan tidak konsisten.
Kedua, sikap “bentik curuk balas nunjuk” menggambarkan kurangnya tanggung jawab seorang pemimpin. Padahal, pemimpin sejati selain memberikan perintah, juga memberikan contoh atau terlibat bekerjasama dengan tim.
Ketiga, pesan peribaha ini juga, menyororit pentingnya keteladanan dalam kepemimpinan. Dalam arti, pemimpin yang baik adalah yang mampu memberikan teladan atau contoh bagi yang dipimpinnya (bawahannya).
Discussion about this post