“Jabatan tinggi yang diraih melalui rahim partai itu juga kita-kira di dalamnya melekat titipan tugas untuk membela kawan kawan lainnya rakyat marhaen, rakyat jelata, kaum miskin yang memilih partai yang nasibnya tidak lebih baik agar bisa diperjuangkan oleh petugas partai buklan diksi pejabat partai yang dipilih,” ujarnya.
Selama tugas yang dimaksud adalah tugas ideologis seperti yang diajarkan Bung Karno tentu asik-asik saja. Bahwa istilah itu asing di era saat ini yang dianggap era dimana ideologi telah dianggap berakhir, maka sesungguhnya disini juga nampak tindakan Megawati Sukarnoputri yang sedang “mengangkat kembali sesuatu yang mulai ditinggalkan namun itu penting buat Republik, yaitu prinsip dan nilai ideologi di dalam berpolitik.
“Dengan konsekuensi Megawati nampak sadar menentang arus zaman dalam menggunakan istilah, siap tidak disukai sekalipun, tapi menurut saya justru disitu warisan laku politik seorang demokrat berwatak banteng ketaton yang jadikan amanat penderitaan Rakyat sebagai tugas utama berpartai. Mana yang lebih teruji ya nanti sejarah yang mencatat,” pungkasnya.**
Discussion about this post