Paradigma patriarki ini membentuk mentalitas masyarakat memperlakukan perempuan sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah budaya. Budaya patriarki ini menjadikan perempuan sebagai kelompok yang terpinggirkan dalam segala bidang kehidupan, termasuk dalam pengambilan keputusan. Semua itu tidak terjadi secara instan, melainkan melalui perjalanan yang panjang. Budaya patriarki yang kuno itu sudah seharusnya disingkirkan agar tidak menimbulkan ketidakadilan dan ketimpangan dalam partisipasi perempuan. Dengan adanya kesetaraan gender ini perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan yang sama, walaupun tetap memiliki bagiannya masing-masing. Kesetaraan gender harus dikembangkan mulai dari persoalan sehari-hari yang sederhana seperti lingkungan keluarga dan pendidikan. Contohnya seperti pada tokoh Yasmin yang dibesarkan menjadi anak yang produktif. Ketika menginginkan sesuatu, dia harus terus berusaha sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Ia bisa melakukan segalanya dengan pengetahuannya. Tokoh Yasmin ini juga mengajarkan kita bahwa kepintaran seseorang dapat diasah sejak dini, dengan cara didikan orang tua yang baik dan benar. Laki-laki pun akan menyukai perempuan dengan otak yang cerdas dan pintar. Laki-laki juga akan menyukai perempuan yang serba bisa. Begitulah zaman, akan berkembang dengan sendirinya dan meninggalkan budaya yang sudah kuno dengan budaya yang lebih baik lagi.*
Pesan Nh. Dini dalam Memperjuangkan Hak Asasi Perempuan pada Cerpen “Dua Dunia” dan “Pendurhaka”
RESENSINEWS.ID - Nh. Dini adalah seorang sastrawan terkenal di Indonesia pada angkatan 66. Nh. Dini sudah banyak menciptakan berbagai macam...
Discussion about this post