Amba dan Bhisma menjalin kasih meskipun Salwa dengan setia mencintai Amba. Bhisma dan Salwa masing-masing memiliki karakter yang bertolakbelakang. Salwa merupakan sosok yang sangat mengagungkan perempuan, sedangkan Bhisma cenderung memperlakukan perempuan dengan tidak serius. Akan tetapi, meski begitu hati Amba sepenuhnya milik Bhisma.
Tapi pada Bhisma-lah Amba menemukan karya terjemahannya yang terbesar; ia membebaskannya dari rasa terbelenggu pada tempat yang ia sendiri tak tahu persis apa dan di mana, dan apa pula yang menyebabkannya, ia ingin dibebaskan. (Pamuntjak, 2012: 241).
Cinta Amba yang begitu besar dan mendalam terhadap Bhisma membawanya jauh dan tenggelam. Sentuhan Bhisma pada hati dan tubuh Amba membuat Amba terbuai dan gila hingga kuliahnya di Sastra Inggris UGM terbengkalai bahkan sesuatu yang sakral tumbuh dalam rahimnya. Naasnya, ketika tahu ia sedang mengandung anak Bhisma, Bhisma menghilang karena ditangkap oleh pemerintah atas dugaan bahwa ia terlibat dengan PKI. Namun, saat itu Amba tidak tahu bahwa Bhisma sedang diasingkan ke Pulau Buru. Maka dari itu, Amba bagaikan raga yang jiwanya melayang di antah berantah mencari Bhisma yang entah di mana.
Discussion about this post