Akumulasi kekuasaan sosial politik dan ekonomi masih saja terjadi, disebabkan pendekatan pertumbuhan (bukan pemerataan) masih mengental, sehingga kilas balik dari pendekatan itu masih belum menyentuh dengan berarti bagi kepentingan rakyat banyak, terutama kesejahterannya.
Kesenjangan dan ketimpangan dalam tatanan kehidupan perpolitikan dan perekonomian masih dirasakan. Karenanya secara realitas, diakui atau tidak budaya kolusi, korupsi, manipulasi dan entah apalagi, kerapkali sulit dibantah faktanya.
Proses pembangunan (politik dan ekonomi) semacam itu, dapat dicermati pertama dan terutama tumbuh kembangnya eksklusivisme politik dan ekonomi. Dalam arti, kehidupan politik dan ekonomi hanya dapat dinikmati oleh golongan kecil atau elit – elit politik dan ekonomi. Sedangkan rakyat hanya kebagian sentimentilnya saja, karena terpolusi oleh eksklusivisme tadi. Ekskluvisme itu datang dari perliku elit politik dan ekonomi, bukan justru dialamatkan kepada rakyat.
Discussion about this post