Memang harus diakui pandemi COVID-19 jadi biang keladinya. Namun, penanganan wabah yang lemah sedari awal–too little, too late–juga berkontribusi memperburuk sehingga ongkosnya kian mahal. Gara-gara kerap mengutik-utik istilah untuk menghindari lock down sebelum menyebar ke seantero negeri, kepemimpinan yang dan pengorganisasian yang buruk, berbagai penyangkalan oleh para petinggi pemerintahan, dan “menuhankan” ekonomi, kita kalah dengan skor 0-2 melawan COVID-19: kesehatan kalah, ekonomi kalah.
Kekalahan di bidang ekonomi terlihat dari pemulihan ekonomi Indonesia yang relatif sangat lambat dibandingkan dengan negara-negara yang sedari awal lebih efektif memutus mata rantai penularan. Jangan hanya membandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 yang melesat 7,07 persen setelah empat triwulan berturut-turut sebelumnya minus (kontraksi). Pada peraga di bawah tampak pemulihan ekonomi Indonesia hanya sedikit lebih cepat ketimbang Jepang, Korea, dan Vietnam. Tapi ingat, Vietnam tak pernah mengalami kontraksi selama COVId-19, sementara Korea mengalami kontraksi yang mild, sedangkan Jepang sudah terbiasa dengan pertumbuhan sangat rendah bahkan minus.
Discussion about this post